Dedikasi adalah sebuah pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi
keberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa
juga berarti pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yg luhur dan diperlukan
adanya sebuah keyakinan yang teguh - dari wikipedia (harusnya KBBI ya?)
Kemarin
saya tidak sengaja menonton di saluran
tivi NHK World sebuah acara yang berjudul 'The Professionals'. Selama ini
memang sempat beberapa kali melihat acara ini sedang ditayangkan, namun saya
tidak pernah sungguh-sungguh menonton. Initinya acara ini menampilkan sosok
siapa saja, orang Jepang, bukan orang terkenal apalagi selebritis, yang dianggap sangat profesional, bisa disebut
berdedikasi tinggi dalam menjalankan pekerjaannya.
Dalam episode tayangan ‘The God of Wagyu’ yang
saya lihat kemarin, diceritakan seorang bapak bernama Hidetoshi Kamada yang beternak
sapi (beef cattle farmer) penghasil daging wagyu yang konon rasanya sangat
maknyusss (saya juga belum pernah mencicipi sih). Ia berusia kira-kira sudah diatas 40 tahun,
bisa jadi hampir 50 tahun. Memiliki 3 orang anak laki-laki, yang paling besar
rasanya masih usia sekolah dasar. Sudah hampir 30 tahun ia bekerja mengurus
sapi (yang pasti harganya sangat mahal ini), sejak lahir hingga 30 bulan
kemudian siap dipotong untuk diambil dagingnya. Jumlah sapi miliknya cukup
banyak, mungkin hampir seratus ekor.
katanya, daging ini enak sekali lho.... |
Selama
menyaksikan kisah bapak peternak ini, saya menebak mungkin ia sama sekali tidak
punya pegawai untuk membantunya. Kalaupun ada, bisa jadi sangat sedikit atau
bahkan tidak full time. Mungkin tidak
ada istilah libur weekend baginya, apalagi mengambil cuti panjang untuk
berlibur, kecuali ada orang yang bisa sungguh-sungguh dipercaya dan memiliki
kemampuan yang layak untuk mengurus makhluk-makhluk hidup ini.
Yah, mohon maklum
tayangan yang didubbing bahasa Inggris ini saya tonton sambil sesekali
melakukan hal lain, ditambah kemampuan listening yang masih sangat minimalis.
Bayangkan, sejak jam 6 pagi ia sudah
datang ke peternakannya dan pada saat-saat tertentu ia baru pulang jam 12 malam
karena harus menyiapkan keperluan untuk keesokan harinya. Setiap hari seraya
menyiapkan makanan ia selalu memperhatikan satu persatu sapi-sapinya. Hanya
dengan melihat sekilas mimik wajah, bahasa tubuh para sapi ataupun melihat
kondisi kotoran sapi ia bisa mengetahui dengan cepat bila ada kondisi sapi yang
tidak sehat.
tebak, bapak ini sedang apa ya? |
halo! cek! |
Seekor anak sapi tiba-tiba sakit dan tidak
lama kemudian mati,saat sekor sapi harus melahirkan prematur namun setelah melahirkan sang
induk sakit hingga tidak bisa mengeluarkan susu untuk anaknya hingga kesedihan
yang tidak bisa disembunyikan saat melepas beberapa ekor sapi diangkut karena
sudah siap dipotong adalah bagian dari kehidupannya sebagai peternak sapi yang
tampaknya kadang bisa melibatkan emosi.
Ada kalanya bapak ini membawa istri dan ketiga
anak laki-lakinya saat bekerja dipeternakan. Nampaknya ia sedang mengenalkan
dunia mata pencahariannya pada anak-anaknya dan bisa jadi kelak ia berharap
akan ada diantara mereka yang akan melanjutkan usaha ini. Pekerjaan semacam ini
pasti mengalami pasang surut dalam perjalanannya. Serangan virus yang
menyebabkan sapi-sapinya sakit pada tahun 2010 mengharuskan ia untuk
memusnahkan seluruh sapi dan membersihkan kandang mereka sesuai standar kesehatan
di Jepang. Ini menjadi salah satu pukulan berat baginya. Namun ia tetap bangkit
dan melanjutkan langkahnya hingga suatu saat ia berhasil mendapat anugerah
penghargaan peternak sapi terbaik.
Sudah
cukup lama saya merasa takjub dengan etos kerja bangsa Jepang. Sikap
bersungguh-sungguh dalam berkarya dan berkreasi adalah perwujudan rasa syukur
atas kenikmatan yang diterima. Memang dimana pun dan siapa pun pasti terdapat
kekurangan dan kelebihan, namun tidak ada salahnya kita mengambil contoh yang
baik dan hikmah dari siapa pun bukan?
Semua gambar diambil dari www3.nhk.or.jp
# day 8 - 11- re-finish
12 April 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar