Hasil pemeriksaan
mata minggu lalu menunjukkan bahwa minus sudah tidak ada, sebaliknya ukuran
silindris bertambah, masing-masing 0,5. Mungkin ini bukan ukuran
yang 'besar' tapi buat saya efeknya lumayan. Untuk melihat biasa saja
memang akhir-akhir ini sering terganggu dengan rasa pusing. Ternyata mata harus
bekerja keras supaya bisa fokus dengan baik, pantas saja.
Tersangka utama:
penggunaan gadget (baca: hape) yang berlebihan. Memang sudah sekitar setahun
ini saya merasa intensitas penggunaan hape cukup tinggi. Alhamdulillah tidak
sedikit pengetahuan dan hikmah saya dapatkan melalui hape. Browsing, buka fb
adalah salah satu upaya menambah ilmu apa saja. Chatting lewat wa rasanya
biasa-biasa saja, apalagi sms nyaris tak seberapa.
Niat (mudah-mudahan) sudah baik, tapi cara masih belum baik. Ribet
alias tidak praktis kalau harus menggunakan laptop, apalagi dengan status mengasuh balita yang
sangat aktif. Atau memang dasarnya pemalas? Tapi kalau sudah begini,
sepertinya harus diniatkan untuk bisa memenej dengan baik penggunaan telpon
seluler ini, kalau masih ngawur mungkin namanya dzalim terhadap diri sendiri
ya?
www.eyeheartglasses.com |
Terkait penggunaan gadget,
ternyata saya termasuk golongan ibu yang masih cukup sering mengajak sang gadget sebagai partner pengasuh balita.
Tidak terlalu sering, tapi ya lumayan intensif. Minimal dalam sehari selalu ada
jam-jam saya menyodorkan hape, tablet ataupun televisi untuk 'menenangkan'
dokdek supaya saya bisa tenang memasak, terutama. Kondisi mata yang menjadi terganggu seperti
ini menjadi tamparan keras buat saya. Kondisi beberapa anak kerabat yang harus
menggunakan kaca mata cukup tebal akibat penggunaan gadget yang berlebihan
sejak masih sangat dini juga menjadi pelajaran penting buat saya. Apakah saya
sedang berniat dan berusaha merusak mata anak saya sejak masih kecil? Di usia
dokdek yang belum mencapai 3 tahun?
Alhamdulillah, seraya terus meluruskan niat, sudah satu minggu ini
saya menerapkan gerakan 'no gadget' pada dokdek. Caranya? Diawali dengan hal
sederhana, tidak menggunaan hape di depannya. Dengan tidak menampakkan hape
apalagi tablet padanya, ternyata dia tidak meminta juga. Yang berat itu kan
mengalahkan ego kita untuk tidak memilih cara praktis 'membungkam dan menyihir'
anak supaya diam dengan gadget. Pasti
ada konsekuensi untuk berpikir lebih kreatif mencari hiburan anak, tapi
kebahagiaan yang dirasakan saat berhasil mengalahkan egois diri sendiri
ternyata jauh lebih berarti.
Rumah berantakan, mainan tersebar dimana-mana ternyata tidak masalah
kok. Imajinasi anak terlihat lebih berkembang. Sibuk berkhayal berbagai cerita
menggunakan mainan yang ada. Dan itu membahagiakan hati saya. Asal ada tempat
penyimpanan, bila sudah selesai bermain tinggal mengembalikan lagi ke
tempatnya, syukur-syukur sambil mengajak anak berlatih membereskan mainannya.
Mungkin sudah banyak orang tua lain yang melakukan hal ini, no tv,
no gadgets. Tapi saya adalah saya, orang tua yang masih belajar terus mendidik
dan membesarkan anak-anak. Peer masih banyak, tetap istiqomah mengurangi bahkan
kalau perlu no gadget at all harus terus dipupuk, termasuk peer mengurangi
tivi. Dengan pertolongan Allah semoga kita bisa mengalahkan berbagai ego yang
bisa mendzalimi diri dan keluarga, Amiin.
# (utang)
day 2 - 5 April 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar