Ini adalah sebuah refleksi. Mengapa rasanya begitu sulit memberi persembahan terbaik untuk-Nya? Mengapa masih juga menempatkan Allah di prioritas entah yang ke berapa dalam keseharian kita? Ya, sekedar melakukan ibadah wajib karena itu wajib. Takut akan ancaman adzab-Nya kelak? Betul sih, tapi itu juga kalau hati sedang sehat.
Apakah karena Allah itu masih ghaib? Hanya
karena kedua mata yang lemah ini belum bisa melihat sosok-Nya, maka sungguh
sulit melakukan penyembahan yang terbaik. Bekerja keras membanting tulang
hingga hancur berkeping-keping, memeras keringat hingga tubuh ini kering
kerontang karena kita bisa melihat didepan sana, ada sosok uang yang sedang
menunggu.
Belajar, berprestasi bersungguh-sungguh demi sebuah kebanggaan, kebahagiaan dan penghargaan yang jelas tersedia bagi mereka yang layak. Kebahagiaan dan kebanggaan memang urusan hati, tapi kita bisa melihat dengan nyata efeknya pada seseorang. Apalagi sosok uang, yang tanpanya tampak sulit membeli dunia dan seluruh pernak-perniknya.
Belajar, berprestasi bersungguh-sungguh demi sebuah kebanggaan, kebahagiaan dan penghargaan yang jelas tersedia bagi mereka yang layak. Kebahagiaan dan kebanggaan memang urusan hati, tapi kita bisa melihat dengan nyata efeknya pada seseorang. Apalagi sosok uang, yang tanpanya tampak sulit membeli dunia dan seluruh pernak-perniknya.
Bertahun-tahun diajari dan mempelajari bahwa
Allah itu ada, kelahiran dan kematian silih berganti menghiasi kehidupan kita,
adalah bukti nyata bahwa Allah memang nyata. Tapi mengapa sulit sekali
memuja-Nya, boro-boro mengingat-Nya saat dunia dan isinya sedang memeluk erat
tubuh ini?
Mengapa saat yang indah
dan tentram sedang menjauh barulah kita merangkak-rangkak mencari-cari Dia?
Memanggil nama-Nya tiada henti seolah-olah kita benar-benar lemah jiwa dan
raga?
Saya
sungguh penasaran, adakah manusia biasa yang berdedikasi tinggi pada-Nya? Yang
tanpa pamrih menyembah-Nya, mempersembahkan pemujaan terbaik untuk -Nya setiap
saat, setiap waktu-tentu saja seiring dedikasinya yang tinggi dalam menjalani
kehidupan dunianya.
Mungkin ada ya, tapi 100% 24 jam 365 hari
tanpa jeda (mungkin) tidak mudah, tapi tidak mustahil. Mungkin harus selalu
diniatkan dan dimintakan dalam doa keseharian kita, bahwa sebetulnya kita ingin
sekali melakukan penyembahan yang sempurna dan terbaik setiap saat-tanpa
pamrih, murni 100% mengabdi pada Allah tanpa request apapun. Tapi raga apalagi
jiwa ini terlalu ringkih sebagai manusia.
Sesungguhnya
Allah lah yang sanggup membantu kita bergerak terus berusaha mempersembahkan
yang terbaik untuk-Nya...
gambar diambil dari aceh.tribunnews.com
#day 10-13 April 2016
gambar diambil dari aceh.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar