Perjuangan terberat seorang manusia adalah melawan dirinya sendiri.
Sebelum berhasil menciptakan prestasi dihadapan manusia lain, pasti sebelumnya
harus bisa berjibaku memilah dan memilih begitu banyak bisikan hati hingga
tubuh dan jiwanya kompak menjadi satu sosok yang siap berkarya.
Saat
saya memanjatkan doa terutama menjelang pagi ada beberapa kalimat yang selalu
saya sampaikan pada Allah SWT.
1. Memohon ampunan atas dosa dahulu,
sekarang dan yang akan datang
2. Memohon bimbingan dan tuntunan-Nya dalam
menjalani berbagai kewajiban, rencana, amanah hari ini
3. Memohon perlindungan dari segala mara
bahaya, musibah dunia dan akhirat, keburukan, kecelakaan, kejahatan makhluk-Nya
4. Memohon perlindungan agar diri saya
tidak menjadi pelaku kejahatan, keji dan munkar dan
5. Memohon perlindungan dari penyakit hati,
ruhiyah, penyakit jiwa, psikis, stres, depresi dan lain-lain
Saya sadar dan khawatir, jiwa dan hati sama-sama rentan penyakit,
sebagaimana jasmani ini. Setiap manusia pasti bisa stres. Jangankan depresi
karena mengalami masalah berat, rutinitas sehari-hari yang dilakukan
begitu-begitu saja bisa membuat orang stres tanpa sadar. Kalau hati dan iman
sedang 'down' sasaran terdekat seorang ibu sudah pasti keluarganya. 'Atas nama
menasehati anak', bisa jadi sebenarnya adalah pelampiasan masalah yang
terpendam, Na'udzubillahi min dzalik
Berapa banyak kengerian yang terjadi akibat menghilangnya kewarasan
seorang ibu yang rusak akibat tumpukan masalah bertahun-tahun? Saya pernah marah-marah pada balita saya
suatu hari hanya karena saya sedang merasa tidak fit, dan sepertinya siang itu
dia juga sedang merasa tidak enak badan sehingga sama sekali tidak mau turun
dari gendongan. Bahkan untuk duduk sejenak pun tidak bisa, dia akan menangis
keras-keras. Kalau bukan Allah yang menjaga, bisa jadi tangan ini sudah melakukan
praktik melenceng pada tubuhnya. Anak saya tidak salah. Pasti jiwa dan hati
saya saat itu sedang turun, akibatnya saya hanya bisa marah-marah, kemarahan
yang tidak bermakna.
Memang yang selama ini saya rasakan, saat fisik sedang
mengalami penurunan kondisi ternyata hati seperti menjadi labil, fragile, kalau
bekal pedekate pada Allah tidak banyak maka tidak lama hati jadi ikutan sakit
juga:( Itulah sebabnya kita harus terus meningkatkan rasa ketergantungan, kecanduan kita pada Allah, posisikan Allah di prioritas paling atas. Sebuah nasehat dari ulama yang pernah saya dengar, "Allah dulu, Allah sekarang, Allah kemudian..." (maaf saya agak lupa konteks kalimat tepatnya). Intinya saat kita menjadikan Allah sebagai yang utama dalam hidup, insya Allah, walaupun ringkih semoga kita tetap terlindung dan terjaga dari perbuatan dzalim
# day 22 - 1 Mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar