It's
Friday. Semoga hari Jumat ini barokah, begitu pula hari-hari yang lain, selalu
lebih barokah. Seperti yang pernah saya ceritakan ditulisan yang lalu, Jumat
adalah hari kepulangan anak kedua saya, maka bagi saya Jumat adalah sesuatu.
Sudah
cukup sering saya membaca posting di fb yang isinya adalah begitu banyak
'tanda-tanda fisik' bahwa kiamat kubra memang sudah dekat. Kiamat kubra adalah
berakhirnya seluruh kehidupan di alam semesta ini. Tidak ada satupun makhluk
yang tersisa. Tidak bisa dibayangkan memang, otak ini terlalu lemah. Yang jelas
menurut penjelasan dalam qur'an dan hadits kejadian ini akan sangat mengerikan
dan menakutkan.
Kiamat kecil itu ya kematian kita. Melihat
satu persatu orang yang kita kenal meninggalkan kita untuk selamanya memang
menyedihkan. Tapi tetap saja kita tidak pernah benar-benar tahu bagaimana
rasanya mati, meninggal, wafat hingga itu terjadi pada diri kita.
Saya
tidak tahu persis konsep kiamat kubra dalam agama atau keyakinan yang lain.
Begitu pula kaitannya dengan konsep kehancuran dunia berdasarkan sains, prediksi para ahli
yang melihat fenomena bahwa bumi ini memang semakin tua dan rusak
hingga mungkin suatu hari semua ini akan berakhir. Tapi saya pernah menonton
sebuah serial di tivi yang isinya memperlihatkan upaya segolongan manusia yang melakukan
persiapan untuk menyelamatkan diri dan keluarganya bila kiamat besar itu
datang.
Karena saya menonton acara ini sekitar 1-2
tahun yang lalu, sudah agak lupa detilnya. Yang saya ingat tidak sedikit
orang-orang membangun bunker, tempat perlindungan yang kokoh dan menurut
perhitungan mereka cukup aman dari 'goncangan dunia'. Persiapan makanan? Luar
biasa! Tumpukan cadangan makanan dan minuman tersimpan rapi gudang penyimpanan.
Belum lagi persiapan kemampuan menembak misalnya, ya, menembak. Sebuah keluarga
mengajarkan anak-anaknya kemampuan membela diri termasuk menembak untuk
menghadapi musuh, orang jahat yang bisa jadi bermunculan seiring terjadinya
kehancuran dunia. Masih banyak lagi 'ide-ide hebat (kalau tidak boleh dibilang
gila)' dari manusia-manusia yang tampaknya masih belum siap meninggalkan dunia
ini.
Saya
juga pasti memiliki rasa takut akan mati, kiamat, bahaya, bencana dan hal
apapun yang akan memutuskan saya dengan kenikmatan dunia ini. Tapi...memang
keimanan itu sangat abstrak, tidak kasat mata, berat sekali diwujudkan dalam
tutur kata dan perilaku.
Ketika kita yakin bahwa
mati dan kiamat memang pasti terjadi, lalu untuk apa kita takut dan khawatir?
Kita bisa apa? Minta pengunduran waktu? Menyelamatkan diri? Berandai-andai saja, andai kita bisa
selamat saat kiamat besar itu terjadi, sedangkan yang lain tidak ada yang
selamat, semua hancur lebur, maka hidup macam apa yang akan kita hadapi?
Dalam Islam, bukan kematian itu sendiri yang
harus ditakutkan, tapi kematian macam apa yang harus dihindari. Su'ul khatimah
berarti hidup kita berakhir dalam keadaan yang buruk, tidak baik, bukan akhir yang indah
dan membahagiakan. Sedang bermaksiat, bisa jadi sedang menyebabkan orang marah pada kita
hingga membuat Allah murka pada kita,
na'udzubillahi min dzalik. Yang jelas kita harus
takut dengan kematian yang tanpa membawa bekal amal cukup dan layak diterima,
mati dalam keadaan dosa-dosa yang belum terampuni oleh Allah.
Memang rasa takut mati itu masih ada, khawatir
ditinggal lagi oleh orang-orang tersayang. Tapi siapa saya, siapa kita?
Pemahaman saya adalah, kita tidak saling memiliki, bahkan tubuh ini juga bukan
milik kita. Tapi, kita dipertemukan oleh-Nya didunia ini sebagai sebuah
keluarga, sahabat yang saling menyayangi. Apalah artinya berkumpul berbahagia
didunia ini, bila di akhirat kelak kita tercerai berai apalagi saling
menyalahkan satu sama lain. Berkumpul sebagai satu keluarga lagi, bersama para
nabi dan rasul-Nya di surga harus menjadi cita-cita dan tujuan hidup didunia,
semoga...
gambar diambil dari www.dw.com
# day 12-15 April 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar