Sabtu, 11 Juni 2016

Mengenang Rayi



kayrules.com


 Hari Jumat memang hari yang istimewa. Bagi saya hari Jumat juga hari yang penuh kenangan. Jumat, 20 April 2012, sekitar jam 9 pagi adalah hari kepulangan anak kedua kami ke Sang Khalik. Kami berdua, kedua orang tuanya, mengantar Rayi ke RSAB Harapan Kita untuk berobat, namun siapa yang menyangka itu adalah saat kami mengantarnya untuk yang terakhir kali.

                Saya sudah tidak menangis lagi. Mengutip sebuah ucapan bijak, yang mohon maaf saya tidak tahu siapa yang membuatnya, intinya, kehilangan adalah hanyalah sesuatu yang bersifat semu karena pada dasarnya kita memang tidak memiliki apapun. Saya membaca tulisan ini di fb salah satu sahabat saya, Bunda Kaska. Kami berdua sama-sama memiliki kelebihan yang sama (kalau boleh dibilang sebagai sebuah kelebihan), sama-sama pernah merasakan ditinggal anak duluan.

                Anak adalah ujian, sebagaimana harta dan segala hal keduniawian lainnya. Anak bisa jadi penghancur dunia akhirat kita dan sebaliknya anak bisa jadi penuntun kita kelak menuju ke surga-Nya, atas ijin Allah tentunya. Yang jelas, anak hanya bersifat pinjaman sementara, dia hadir saat Sang Pemilik berkenan mengamanahkan satu, dua, sepuluh dan hak mutlak Allah untuk mengambil milik-Nya kapan dan dimanapun. Tidak akan pernah salah, terlalu dini atau terlambat, semua berjalan sesuai kehendak-Nya.

                Rayi hadir untuk mengajarkan saya, suami dan seluruh keluarga besar begitu banyak nilai-nilai dan hakikat hidup. Walaupun kami belum pernah mendengar Rayi memanggil mama dan papa selama masa hidupnya 3 tahun 7 bulan, kami berharap dan berdoa kelak Rayi akan menunggu seraya memanggil dan menggandeng tangan kami di akhirat kelak. Sampai hari ini kadang rasanya seperti sedang bermimpi, bahwa Rayi pernah menjadi bagian dalam kehidupan kami.

                 Berkunjung ke makam Rayi sebulan sekali adalah salah satu cara melepas kangen sekaligus mengingat mati. Kenapa harus sekali dalam sebulan? Karena yang jelas kami harus bertemu perawat makam dan membayar jasanya. Sempat kami beberapa kali membeli bunga untuk diletakkan dimakamnya, yah bukan buat Rayi pastinya, buat kami yang ziarah kubur seraya melihat bunga yang indah, namanya juga taman makam, ya makam ya taman juga. Sudah cukup lama kami tidak melakukan lagi, khawatir menjadi kebiasaan dan sayang uangnya. Kalaupun mau membeli bunga lebih baik kami bawa pulang dan bisa terus menerus dinikmati hingga bunganya layu.


I love you and will always love you my son, Nararya...


# day 7 - 8 April 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar