Memiliki dua anak dengan selisih umur 8 tahun ternyata tidak berarti semua baik-baik saja. Kakak adik yang rukun selalu karena terpaut perbedaan usia cukup jauh hanya terjadi sesekali saja. Memang sih, kalau diamati adik ternyata relatif lebih sering berinisiatif memulai sebuah adu argumen (baca: pertengkaran). Adik itu sifatnya agak jahil, senang sekali menggoda kakaknya. Kakak yang berusaha keras menahan diri agar tidak terpancing pun cukup sering akhirnya menyerah, mulai dari sehalus mungkin sampai membalas keisengan sang adik. Memukul misalnya, karena tidak mempan dinasihati, namanya juga masih sesama anak-anak, ya akhirnya balas memukul adiknya, alasannya, biar dia tahu gimana rasanya😌...
Namun, berhubung kakak adalah tipe orang yang lumayan aktif berbicara, alias ceriwis, kadang-kadang walaupun maksudnya baik, tapi kalau dia ikut-ikutan bicara saat saya menasihati adiknya, apalagi cuma kata-kata semau dia, saya merasa terganggu juga. Misalnya, saya sedang menyampaikan sesuatu, eh kakak ikutan menyahuti dari jauh, "Huu tau nih adik, hayo loh, dibilangin juga..." dan lain-lain.
Selama ini sebelumnya, dalam kondisi begitu saya masih cukup sering terbawa emosi. Akibatnya saya biasa berkata, "Kakak diem ah, berisik!". Sepertinya itu buka kritik yang baik ya. Beberapa kali terakhir saya mencoba mengatakan, "Kakak, mama sedang bicara sama adik. Kalau mau bicara, nanti gantian (ya)"... Kalau yang ini saya sedang belajar mengatur intonasi suara juga agar masukan bisa diterima dengan baik oleh kakak dan menjadi kritik yang produktif. Seringnya sih masih agak es-mo-si juga😝
#level1
#day7
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar