Sabtu, 03 Juni 2017

Komunikasi Yang Disadari

     Kalau dipikir-pikir game ala kelas Bunda Sayang IIP ini memang menantang ya. Bayangkan, instruksinya adalah praktik pada hari itu dan langsung dilaporkan pada hari yang sama. Saya belum bisa membayangkan sih materi-materi berikutnya itu akan seperti apa, tapi jujur saja namanya berkomunikasi itu kan sesuatu yang sifatnya spontan. Yaa bisa sih direncanakan, tapi lucu juga membayangkan 'hari ini mau berkomunikasi tentang apa dan bagaimana ya?' hehehe... Memang sih yang diminta bukan materi komunikasi alias isi pembicaraan, tapi bentuk komunikasi produktif apa yang sudah dijalankan...
      Eniwei...saya coba mengumpulkan lagi memori kebersamaan bersama anak-anak pada hari ini. Sesuai niat awal, poin yang ingin saya praktikkan sebetulnya adalah melatih intonasi dan suara ramah. Tapi sepertinya poin ini terkait dengan masalah pengendalian emosi dan kesabaran ya. Intonasi suara yang ramah hanya akan bisa muncul saat hati tidak emosi, pikiran jernih dan ikhlas menjiwai kebersamaan dengan anak-anak. Tanpa distraksi pikiran-pikiran lain apalagi kehadiran gawai😉.
     Hari ini sebetulnya kondisi adik sudah semakin baik, termasuk urusan selera makan. Sempat saat mandi pagi dan mencoba sikat gigi sendiri lagi, dia mengeluh kesakitan. Mungkin agak terlalu kencang dan menyentuh sisa luka sariawan. Akibatnya menjelang siang sedikit ada gtm, adik tidak mau bicara jelas, hanya mmm seraya menutup mulut rapat-rapat. Begitu juga saat mulai makan siang, sepertinya ada kesulitan menelan lagi alias diemut. Sesuatu yang selama ini tidak pernah dilakukan adik, bahkan saat belajar makan dahulu. Pertama kali, ya saya mencoba meredam emosi yang otomatis muncul saat menghadapi kondisi ini. Setelah itu ya berupaya membujuk adik, mengingatkan dengan selembut mungkin kalau mulutnya sudah sembuh. Tidak usah takut makan. Akhirnya lagi-lagi saya menggunakan gawai untuk mengalihkan perhatiannya agar tidak terlalu fokus pada makanan🙄.
     Berbicara dengan kakak juga ternyata membutuhkan kesabaran. Di usianya yang 12 tahun ini jenis pertanyaan yang diajukan ternyata lumayan variatif dan tidak jarang mendapat pertanyaan yang mengejutkan. Belum lagi salah satu sifat dasar anak sulung saya ini ada 'senang berbicara, senang bercerita' alias ceriwis. Ternyata saat saya sedang mengerjakan atau memikirkan hal lain atau sedang agak letih, rentetan pertanyaan atau sekedar cerita berbagai hal di benaknya, bisa agak memancing emosi saya. Belum lagi intonasi bicaranya yang kadang-kadang tinggi-ya bagi dia mungkin itu biasa saja sih. Tapi bagi saya hal-hal kecil semacam itu kalau waktunya tidak pas, malah membuat saya jadi nyolot jaya. Bedanya, pada hari ini saya justru merasa 'selalu berada di bawah kesadaran' penuh saat mengalami momen-momen ini. Mungkin karena alam bawah sadar saya mengingatkan dan meniatkan untuk 'aware' saat berbicara dengan anak-anak dalam kondisi apapun. Dampaknya, saat saya mulai terpancing untuk berbicara agak nyolot, Alhamdulillah saya seperti tersadarkan dan lekas-lekas merubah intonasi suara.
      Intinya, tetap 'sadar sepenuhnya' setiap saat itu penting. Apalagi saat bercengkrama dengan anak-anak. Urusan lain seputar pekerjaan rumah tangga, pekerjaan di luar bahkan saat mendapat masalah berat yang mengganggu pikiran harus disimpan sejenak di 'folder' lain didalam otak saat anak-anak mulai meminta perhatian kita sebagai orangtuanya. Pusatkan konsentrasi sepenuhnya untuk bisa memaksimalkan saat-saat ini karena momen bersama anak-anak tidak akan pernah bisa diulang sebagaimana urusan beberes rumah yang masih bisa diatur-atur pelaksanaannya. Idem sih untuk urusan berkomunikasi dengan pasangan😉

#level1
#day2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar