Menyadari bahwa 5 menit itu ternyata cepat sekali-untuk bisa menikmati bermain hape, adik mulai menolak metode alarm. 5 menit iya, tapi pelaksanaannya ya sesuka hatinya😁. Di sisi saya, kesepakatan harus terus ditegakkan. Akibatnya siang tadi mau tidak mau terjadi argumentasi dengan adik. Setelah 5 menit sudah berlalu ia keukeuh masih mau melanjutkan. Senjata andalan pun dikeluarkan, menangis.
Saya membayangkan sejenak, kalau mau praktis, ya sudah saya berikan saja lagi hapenya dan membiarkan dia bermain sampai puas, pasti dia akan berhenti menangis. Atau saya marah sambil mengomel, “Pokoknya enggak boleh main hape lagi!” Tapi ini artinya saya tidak mau berusaha memperbaiki diri. Akhirnya saya berkata dengan intonasi suara biasa, tanpa emosi, tapi cukup tegas, “Adik, kita kan sudah sepakat kalau mau pake hape mama 5 menit saja, dan harus pake alarm ya. Kalau adik enggak mau, ya enggak usah pinjam hape mama…”. Responnya, ya masih menangis, tapi saya tahu sih itu hanya menangis sekadarnya. Dia juga tidak memaksa lagi. Saya pernah membaca beberapa artikel tentang pengasuhan anak. Mereka juga sebenarnya iseng-iseng berhadiah sih, siapa tahu usaha-usaha berikutnya membuahkan hasil😜. Seberapa besar sih orangtuaku bisa konsisten dengan ucapannya? Sebagai penutup drama hape 5 menit, saya ajak saja adik untuk tidur siang, kebetulan mata ini juga sudah sepet banget😌. Adik pun menerima tawaran saya dengan baik.
Jadi, sepertinya poin komunikasi produktif yang saya latih tadi siang yaitu...apa ya?...mmm mungkin kembali mengendalikan intonasi suara-kah? Agak bingung deh, mungkin lebih tepat ‘belajar negosiasi’😉
#level1
#day6
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar