Selasa, 28 Juni 2016

Mengapa Sekolah Arsitetur?




     Jenjang pendidikan terakhir saya adalah sarjana teknik Arsitektur. Lulus sekitar 13 tahun yang lalu. Alhamdulillah sejak lulus hingga detik ini saya belum pernah merasakan berkarir di dunia ini, dunia arsitektur. Padahal menjadi arsitek sudah menjadi cita-cita saya saat duduk di bangku sekolah dasar. Profesi yang agak 'beda' dibanding cita-cita umum kalangan anak SD, dokter, pilot, guru mungkin juga presiden.
     Saya sungguh terkesan dengan yang namanya arsitek karena ada dua orang paman saya yang pada waktu itu menjadi arsitek (yang jelas keduanya sama-sama pernah menempuh pendidikan sarjana arsitektur). Walaupun kenyataannya pada hari ini mereka bekerja di dunia yang jelas berbeda. Saat masih SD saya sempat menyaksikan paman yang sedang mengerjakan gambar sekaligus maket sebagai tugas kuliahnya. Benar-benar takjub rasanya melihat apa yang dia kerjakan saat itu.
      Selain itu kedua orang tua saya, yang jelas-jelas mereka bersekolah di jurusan Elektro, nampaknya mempunyai minat khusus pada dunia seputar arsitektur dan interior. Saya ingat betul tumpukan koleksi majalah Asri di rumah kami. Untuk anak SD saya tidak bosan-bosannya membuka-buka majalah-majalah ini, memandangi gambar-gambarnya seraya berkhayal bagaimana rasanya berada di rumah-rumah yang tampil dalam majalah tersebut.
     Saya juga ingat sentuhan desain ibu saat menata rumah kami yang sederhana dan asri. Tidak banyak barang, kecuali mainan anak-anak yang bebas tersebar dimana-mana. Penataan cindera mata, vas tanaman, pemilihan kap lampu (tiba-tiba lupa apa istilah desain untuk kap lampu:( ) masih terekam jelas diingatan. Bagaimana ibu menjahit sendiri bed cover bernuansa merah muda untuk kamar tidur saya. Sungguh semua itu terasa begitu berkesan bagi saya.
      Saat SD, saya dan sahabat baik saya sempat bermain 'rumah-rumahan'. Mmm, rasanya permainan ini di'ciptakan' oleh Gita, sahabat saya saat kecil. Jangan membayangkan bermain rumah-rumahan pada umumnya. Kami hanya membutuhkan selembar kertas hvs, dilipat menjadi 4 bagian sama besar dan kemampuan menggambar. Misalkan bagian pertama berisi gambar 'tampak depan teras, lengkap dengan kursi meja serta pintu jendela. Bila dibuka lipatan bagian belakangnya, maka seolah-olah kita memasuki area ruang tamu. Tentu saja, kami harus membuat gambar 'sketsa' ruang tamu. Begitu pula bagian lipatan lainnya, ada ruang tidur, dapur dan ruang lain yang terdapat di sebuah rumah pada umumnya. Pikir-pikir kamu memang sangat berbakat di dunia menggambar sejak kecil Ta! ( dan sekarang beliau berprofesi menjadi  dokter gigi).
     Saat SMP saya juga sempat rumah-rumahan alias ceritanya membuat maket. Bahan yang digunakan adalah kertas cover berwarna-warni yang bisa dibeli di tempat foto copy. Rumah dua lantai dengan keberadaan tangga tentunya. Sulit sekali rasanya saat itu harus membayangkan sebuah rumah bertingkat untuk kemudian dibuat miniaturnya.
     Selain itu ada pula bermain rumah-rumahan menggunakan pensil atau pulpen (aneh rasanya hari gini menulis pulpen, sementara sejak awal saya membuat tulisan di hape saja :P). Mungkin kalau sekarang saya bisa menyebutnya permainan membuat denah 3 dimensi. Sebagai dinding adalah pensil/alat tulis yang diletakkan dilantai. Furniturnya, ya bisa pakai penghapus, penyerut, atau apa saja yang bisa digunakan. Kalau mau dua lantai, saya gunakan kursi plastik anak-anak sebagai lantai dua, tangganya cukup menggunakan penggaris yang disandarkan agak miring ke kursi tersebut ( ceritanya ramp dong! )
     Sempat sekali saja saat SMA bercita-cita agak menyimpang, kelas 2 sempat ingin kuliah kedokteran atau biologi. Naik kelas 3 kembali ke cita-cita abadi, sekolah arsitektur. Kalaupun hari ini saya belum pernah berkarya membuat proyek, itu pasti campur tangan Allah. Mau menata rumah ala arsitek atau desainer interior, belum terlalu bisa, semua wilayah dirumah adalah area bermain. Alhamdulillah, saya jalani saja semua ini, minimal saya sedang belajar ilmu mendidik anak supaya saya bisa lebih profesional menjalani profesi sekarang, ibu rumah tangga dan guru pertama anak-anak saya.
 gambar diambil dari house.arredoearredi.com

# day 19 - 26 April 2016

Mencari Ide




     Saat ini saya masih melanjutkan tantangan dari saya untuk saya yang terinspirasi dari 'one day one post'. Tak terasa hari ini sebetulnya hari ke 18, niatnya 99 hari, Sabtu dan Minggu off alias libur menulis. Dari 18 hari sejujurnya masih ada bolong-bolong disana sini. Kalau hari itu saya gagal menulis maka statusnya saya punya utang tulisan. Seperti pagi ini, tulisan ini sendiri statusnya utang saya di hari ke 17, jadi targetnya pagi ini atau hari saya harus menghasilkan tiga tulisan. Dua buah utang dan yang terakhir memang jatah hari ini, hari ke 18.

     Hari Sabtu yang lalu kami dan beberapa sepupu berjalan- jalan ke sebuah area air terjun di Sukabumi. Saat perjalanan pulang, waktu itu sekitar pukul 18.00, ternyata hujan turun sangat lebat. Walaupun mata mulai agak mengantuk , tapi kalau sedang dalam perjalanan dan turun hujan lebat, agak sulit untuk tidur, yah minimal membaca-baca doa mohon keselamatan lah.

     Akhirnya saya hanya bisa mendengarkan (agak) sayup-sayup percakapan seru suami yang sedang mengemudi dengan sepupunya didepan. Mayoritas isi percakapan mereka adalah dunia politik terkini. Anehnya, saya merasa enjoy saja mengikuti alias menjadi pendengar yang baik. Padahal topik-topik yang diangkat sudah pernah saya lihat sekilas di media massa, ya internet, berita di televisi apalagi surat kabar. Tapi entah mengapa saya merasa tidak terlalu perduli dengan semua itu.

     Kadang-kadang bisa jadi saya tidak perduli karena saya memang tidak mengerti, tidak mudeng dengan jalan peristiwa. Atau bisa juga saya terlanjur apatis, sebodo amat ente mau ngomong apa. Nah, kalau kasusnya karena saya memang tidak mengerti tapi masih penasaran, biasanya saya bertanya pada suami atau orang lain dan minta mereka menceritakan ulang lagi peristiwa itu dengan bahasa mereka, yang saya harap lebih sederhana dan bisa saya pahami.

Kalau ternyata saya masih belum nyandak juga, ya wassalam, mohon maap ye.

    
Sebetulnya yang ingin saya ceritakan dalam tulisan ini adalah, ternyata, sepanjang perjalanan pulang dari Sukabumi kemarin, tiba-tiba saja beberapa judul atau topik tulisan seperti bermunculan di otak saya. Ada yang terinspirasi dari perjalanan wisata itu sendiri, ada yang hasil mendengarkan obrolan para bapak didepan, atau ya nongol saja. Saya merasa justru ketika sedang tidak berniat menulis, ide tulisan yang bisa berupa judul atau topik malah bermunculan dengan sendirinya. Bahkan saat sekarang sedang menulis pun, tiba-tiba seperti mendapat ilham, tapi berhubung saya tidak mencatat, hilang lagi deh.

     Untungnya saat di perjalanan itu bermunculan beberapa ide, saya lekas-lekas menuliskannya. Hape saya memang sedang mati, habis batere,tapi saya pinjam hape suami, kirim sms ke nomer saya, isinya ya the ideas :)

gambar diambil dari www.mxmedia.com
 



# (utang day 17) - 25 April 2016

Kamis, 23 Juni 2016

Inacraft Oh Inacraft



      Tahun ini saya ternyata tidak bisa datang ke Inacraft. Yang agak 'parah', biasanya minimal saya pasti selalu mengingat bahwa setiap bulan April, entah sejak beberapa tahun silam, adalah bulan diadakannya acara ini selama beberapa hari. Tahun ini saya benar-benar tidak ngeh dan baru sadar karena tidak sengaja membaca salah satu berita di internet.  
    Hari itu hari Jumat, pameran ini ditutup hari Minggunya. Sempat ada bisikan hati yang kuat untuk keukeuh datang ke JCC. Namun di sisi hati yang lain ada yang berkata seraya mencibir,'sampai kapan kamu mau jadi pengunjung dan pembeli disana? Kapan kamu buka stand dan menjual karyamu disana?' Hehehe.
  
Suasana Inacraft
  
Sungguh kedua bisikan hati itu saling menyerang. Lebay
;P Intinya, tahun ini saya tidak ditakdirkan untuk bisa mengunjungi Inacraft. Saya lupa mungkin 2 atau 3 tahun yang lalu saya sempat bertekad, berniat kuat bahwa tahun berikutnya saya sudah harus bisa menjadi peserta pameran. Bukan sekedar pengunjung apalagi pembeli. Tidak perlu membuka stand karena kalau masih pemula pasti belum banyak produknya. Nebeng dulu pada peserta lain atau berbagi stand.
     Kebetulan saya mempunyai dua kakak sepupu yang mungkin sejak pertama kali digelar, mereka sudah menjadi peserta tetap Inacraft. Salah satu dari mereka sempat menawari saya kalau mau menitipkan produk saya di stand mereka. Dicoba saja, tes pasar. Walah! Dipikir-pikir saya ini sudah menyia-nyiakan kesempatan besar sekali. Mau alasan apa lagi bu?...

gambar diambil dari asephi.com dan www.dreamstime.com
# (uut day 17) - 25 April 2016

Asma



Asma (dalam bahasa Yunani ἅσθμα,ásthma, "terengah") merupakan peradangan kronis yang umum terjadi pada saluran napas yang ditandai dengan gejala yang bervariasi dan berulang, penyumbatan saluran napas yang bersifat reversibel, dan spasme bronkus.[2] Gejala umum meliputi mengi,batuk, dada terasa berat, dan sesak napas.[3]
# mengutip dari id.m.wikipedia.org
Bukan lagi sok jadi ahli medis, ini karena konon, menurut dokter anak-anak saya, mereka membawa keistimewaan ini ditubuhnya. Asma ringan, Alhamdulillah, diduga diturunkan dari nenek mereka, ibu mertua saya karena beliau dan kakak ipar saya juga termasuk pengidap asma, yang nampaknya jauh lebih berat dari anak-anak.
                Walaupun termasuk 'ringan' tetap saja saya merasa sedih saat asma menghampiri mereka. Tidak sampai terdengar ngik-ngiknya memang saat kambuh, tapi yang namanya sulit bernafas dengan normal pasti rasanya sungguh tidak nyaman. Kalau mendengar cerita teman-teman yang mempunyai anak dengan alergi berat, termasuk asma, apa yang dialami anak-anak saya rasanya tidak ada apa-apanya. Luar biasa memang bagaimana Allah lagi-lagi menunjukkan kebesaran-Nya melalui asma.
                 Saya sempat terkena flu berat hingga tidak bisa mencium bau apapun dan lidah ini juga tidak bisa mengecap rasa apapun.  Subhanallah, hidung mampet karena flu bisa membuat kita megap-megap, lalu bagaimana beratnya bernafas saat asma bertandang?
             
             Sementara ini yang terlihat lebih berat asmanya mas sulung. Kalau dokdek pernah 1-2 kali kambuh dengan gejala tarikan nafas terlihat lebih cepat dari seharusnya. Saat diperiksa dengan stetoskop dokter barulah terdengar sedikit suara ngik-ngik didadanya. Untuk mas sulung biasanya saya coba dulu melakukan inhalasi alias diuap dengan obat cadangan dirumah ditambah minum salbutamol. Tapi kalau tampaknya tidak mempan ya saya bawa saja ke dokter umum langganan. Selain itu biasanya mas sulung saya minta untuk memperbanyak istirahat, kalau perlu ya ijin tidak masuk sekolah. Habis bagaimana lagi, mau tidak mau badan memang harus diberi istirahat kalau sedang kambuh.
                Mudah-mudahan seiring mereka tumbuh dewasa, berkurang pula frekuensi kambuhnya asma ini. Namanya juga diberi bawaan oleh Sang Pencipta, ya diterima dan dijalani saja, sambil terus berikhtiar dan berdoa.

gambar diambil dari www.drivemedical.com
 
# day 16 - 21 April 2016

Senin, 20 Juni 2016

Nyampah Di Rumah




Ini salah satu penyakit menyebalkan yang ada di rumah tinggal pada umumnya. Gundukan, tumpukan timbunan barang yang statusnya 'abu-abu'. Mau dibuang, secara fisik masih layak pakai. Mau dipakai, sudah ada barang sejenis yang dianggap lebih oke untuk dipakai. Mau didonasikan alias dilungsurkan, belum sempat-sempat juga. Lebih parah lagi, belum diapa-apain alias disortir, tapi ternyata masih belum ada waktu yang tepat untuk menyortir dan jadilah mereka kumpulan onggokan barang-barang 'gak jelas' yang menjadi sarang debu.
                 Apa kegunaan gudang? Menurut saya gudang adalah sebuah ruangan tempat menyimpan benda-benda yang (seharusnya) masih bisa dan akan digunakan suatu saat. Bisa jadi dalam waktu dekat atau sesekali saja. Apa yang terjadi di rumah saya? Ada sebuah gudang yang mungkin dibuka pintunya belum tentu enam bulan sekali dan jelas -jelas sudah full occupied. Maka yang terjadi adalah, setiap sudut, atas lemari yang masih kosong, bangku yang jarang digunakan, kolong dipan hingga ruang tidur asisten rumah tangga yang tidak terpakai telah beralih fungsi menjadi 'gudang terbuka' alias tempat meletakkan barang semaunya (maunya siapa ya?)
                Saya ini orang yang senang membuat analisis sambil membuat teori, penjabaran ala gue. "Kalau tidak ada kesempatan, tempat yang berupa sepetak ruang kosong, maka seharusnya tidak semudah itu juga kita meletakkan barang-barang yang statusnya menggantung, jelas tidak jelas". Sekitar 1-2 tahun yang lalu saya pernah menghibahkan tumpukan tas, paper bag, mainan dan entah apa lagi. Hari ini sebuah sudut dirumah sudah berisi sejumlah tas, kantong kain, kertas dan  plastik. Cepat sekali pertambahan jumlah barang dirumah tanpa kami harus repot-repot membelinya. Untungnya kami ini termasuk golongan yang sangat jarang membeli tas, entah berapa banyak yang harus dipertanggungjawabkan bila kami rajin memperbaharui penampilan.
                 Dua buah keresek berisi telpon seluler bekas dan bisa jadi rusak, kabel-kabel entah apa, pokoknya benda-benda yang menurut saya tidak boleh dibuang sembarangan. Tumpukan kertas karya-karya si sulung, kertas tidak terpakai tapi dianggap tidak boleh sembarangan dibuang, kain-kain sisa yang sudah lama saya cari (tapi tidak tahu akan digunakan untuk apa), mereka semua teronggok berdebu tebal dikolong dipan.
Sementara didapur, keresek berisi aneka kantong plastik dengan berbagai ukuran dari jaman entah-entah juga mulai memenuhi dapur. Dan masih banyak lagi, pffhhhh....
                Peer saya masih banyak sekali. Kalau saya berhasil menyelesaikan ini segera, bisa jadi prestasi terbaru saya :P
www.suescornerweb.com


# day 15- 20 April 2016