Sabtu, 02 Juni 2018

Materi 11 Hari 10

Kesimpulan Materi Level 11
“Pentingkah Membangkitkan Fitrah Seksual Anak?”

Setelah presentasi masing-masing kelompok dan juga beberapa diskusi terkait materi yang disampaikan, kesimpulannya : Sangat Penting.

Fitrah Seksual adalah bagian dari beberapa fitrah manusia yang sudah ‘diinstal’ pada masing-masing individu sejak ia diciptakan Allah SWT. Adalah menjadi tugas orangtua yang mendapat amanah anak-anak serta lingkungan masyarakat atau komunitas untuk bisa bersama-sama menumbuhkan fitrah-fitrah yang sudah ditetapkan Allah, termasuk Fitrah Seksual ini.

It takes a village to raise a child” adalah sebuah quote yang sangat tepat dalam hal mendidik anak-anak. Tanpa kerjasama yang baik antara keluarga dan masyarakat, maka akan sulit membentuk anak-anak yang tumbuh dan kelak mereka paham akan peran spesifik masing-masing dalam kehidupannya.

Pendidikan Fitrah Seksual dimulai sejak anak berusia 0 tahun hingga pre aqil baligh. Tuntunan dan proses atau tahapan dapat dibaca pada tulisan-tulisan sebelumnya. Berbagai tantangan kehidupan diluar, kehidupan dengan label ‘gaya hidup modern, liberal dll’ hanya dapat diantisipasi pada waktu dan kesempatan yang masih ada.

Kapan?

Saat anak-anak dilahirkan hingga ia mengalami masa aqilbaligh. Pendidik utama adalah orangtua. Kalaupun ada kondisi luarbiasa dalam kehidupan sebuah keluarga, single parent ataupun Long Distance Marriage maka harus disiasati agar dalam masa-masa ini mereka tidak kehilangan figur ayah atau ibu.

Bila orangtua sudah berusaha maksimal menjalankan kewajibannya menumbuhkan fitrah seksual dan tentu saja fitrah-fitrah lainnya pada batas waktu yang ada, maka selanjutnya kita kembalikan lagi anak-anak kita pada Allah SWT, Sang Pemilik jiwa dan raga mereka. Semoga apa yang sudah kita tanamkan selama ini akan mengantarkan mereka menjadi manusia yang bisa menjalankan peran hidupnya, baik sebagai lelaki sejati ataupun perempuan sejati.

Materi 11 Hari 9

PRE AQIL BALIGH AKHIR & POST AQIL BALIGH

Mulai usia 10 tahun maka ini adalah fase terberat sepanjang masa anak-anak karena mereka harus memasuki tahap latih pre-aqilbaligh sejak usia 10-14 tahun, yaitu tahap persiapan untuk mampu memikul beban syariah ketika baligh tiba, termasuk kemandirian dalam nafkah dan kemampuan zakat, jihad serta tanggungjawab sosial lainnya.

Karenanya di usia 10 tahun ini
  1. Boleh dipukul jika meninggalkan sholat, ini indikator mengenal Allah atau Fitrah Keimanan harus tuntas.
  2. Kamar tidur dipisahkan anak pria dan wanita, juga dengan ayah dan ibunya. Ini agar fokus menjalani masa latih pre aqil baligh
  3. Bakal mulai dikenali dan didalami serta dikembangkan sebagai upaya mencapai peran peradaban (misi peradaban). Usia 10-12 adalah Golden Age bagi fitrah bakat.

Umumnya anak-anak telah baligh (haid atau mimpi basah) di usia 10-12 tahun, karenanya di usia 10-14 tahun inilah dilakukan tahap latih serius untuk segera mampu memikul syariah (mukalaf) dan mandiri atau dewasa secara mental, spiritual, emosional bahkan finansial ketika mereka mencapai usia 14-15 tahun.

Ini agar tidak terlalu senjang antara baligh dan aqil sebagaimana sistem sosial dan pendidikan hari ini yang membocahkan berkepanjangan sejak usia 12 sampai 24 tahun. Berbagai kenakalan dan penyimpangan generasi muda adalah karena senjangnya masa baligh (dewasa biologis) dan aqil (dewasa mental) diakibatkan sistem sosial dan sistem persekolahan yang melambatkan kedewasaan melalui pembocahan (infantization) yang panjang.

Di atas 15 tahun maka anak kita bukan anak kita lagi, mereka telah menjadi orang dewasa yang setara dengan kita dalam syariah, sosial. Jadilah partner bagi mereka dalam menjalankan misi hidup.

Sumber:
Buku Fitrah Based Education, version 2.0, Harry Santosa

Materi 11 Hari 8

REMAJA - ADOLESCENCE

DUNIA ISLAM TIDAK MENGENAL ISTILAH “REMAJA” SAMPAI ABAD 20

  • “Konsep anak sudah dikenal sejak abad ke -13, Remaja baru dikenal secara meluas dan mendalam pada awal abad ke-20, namun tulisan-tulisan klasik yang menunjukkan indikasi tentang remaja sudah ada sejak zaman filsuf Aristoteles (384-322 SM) dan JJ. Rousseau dalam bukunya Emile (1762)”, Dr. Sarlito Wirawan Sarwono.

  • Istilah Remaja dimunculkan karena Rekayasa Sosial danri Revolusi Industri untuk membuat Kelas Konsumtif untuk kepentingan Industri.

  • Islam dan banyak agama di dunia hanya mengenal konsep sebelum aqilbaligh dan sesudah aqilbaligh.

KONSEP ‘REMAJA’ TIDAK DIKENAL DALAM SEBAGIAN UNDANG-UNDANG YANG BERLAKU.

  • Tidak ada satu UU pun baik UU Perdata, Hukum Pidana, UU Perkawinan, UU Lalu Lintas, UU Kesejahteraan Anak dll yang menyebutkan kata ‘Remaja’.

SECARA USIA ‘REMAJA’ ADA PADA RENTANG BERBEDA

  • WHO (awal 10-14, akhir 15-20), PBB (15-24), Sensus Nasional  (14-24), Indonesia (11-24 belum menikah).

  • Secara biologis sepakat bahwa remaja dimulai ketika haid dan mimpi basah.

SECARA PENDIDIKAN

  • Dunia Pendidikan hanya mengenal Pedagogi (Pendidikan Anak) dan Andragogi (Pendidikan Orang Dewasa). Tidak pernah dikenal istilah Remajagogi.

REMAJA PADA DASARNYA ADALAH SUDAH MASUK KEPADA MASA DEWASA (AQILBALIGH)

Sumber:
Buku Fitrah Based Education, Version 2.0, Harry Santosa

Jumat, 01 Juni 2018

Materi 11 Hari 7

Presentasi Kelompok 2:
Mengarahkan Fitrah Seksual Anak Pra Akil Baligh

Pubertas
Masa ketika seorang anak mengalami fisik dan psikis serta pematangan fungsi seksual (masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa).
Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur 8-10 tahun dan berakhir lebih kurang diusia 15-16 tahun.

Baligh
Kondisi tercapainya kedewasaan biologis dengan kematangan alat reproduksi (usia 14-16 tahun).

Ciri-ciri Baligh
  • Mimpi basah pada anak laki-laki, haid pada anak perempuan.
  • Tumbuhnya bulu-bulu kemaluan.
  • Berusia 15 tahun (atau kurang).

Akil
Tercapainya kedewasaan Psikologis, Sosial, Finansial serta kemampuan memikul tanggungjawab syariah.

“Allah menciptakan waktu khusus untuk mengoptimalkan kecenderungan seksual dalam diri manusia, sehingga ia mampu melakukan reproduksi.
Waktu ini dinamakan taklif, yaitu apabila seorang anak masuk dalam usia ini, dia dimintai pertanggungjawaban atas semua tingkah laku dan amal perbuatannya.”

Mengarahkan Fitrah Seksual Anak Pra Akil Baligh
  1. Meminta izin ketika masuk kamar orangtua di tiga waktu saat aurat orangtua banyak tersingkap, yaitu sebelum sholat Subuh, sebelum Dhuhur dan setelah Isya.
  2. Membiasakan anak menundukkan pandangan.
  3. Membiasakan anak menutup aurat.
  4. Memisahkan tempat tidur anak (sesama gender maupun berlainan gender) pada usia 10 tahun.
  5. Melatih anak tidur dalam posisi miring ke kanan, larangan tengkurap dan telentang.
  6. Menjauhkan anak dari ikhtilat bersama lawan jenis.
  7. Mengajarkan kewajiban manfi janabat
  8. Menjelaskan perbedaan jenis kelamin dan bahaya zina ketika anak mendekati baligh.
  9. Anak laki-laki didekatkan kepada ibunya dan anak perempuan didekatkan pada ayahnya.
Hal ini agar kelak saat mereka mulai mengalami ketertarikan dengan lawan jenis, anak laki-laki dapat memahami perempuan dari kacamata perempuan. Begitu pula dengan anak perempuan, agar dapat memahami laki-laki dari kacamata laki-laki.

Penutup
Peran keluarga dan komunitas yang mendidik fitrah seksualitas sejak dini sangat menjamin pendidikan seksualitas dan terhindar dari berbagai penyimpangan seksualitas, seperti LGBT, pelecehan seksual dsb. Itu dikarenakan kedekatan anak dengan orangtuanya dalam keseharian mendidik akan membentuk attachment atau bonding yang akan membentuk penyikapan peran sebagai lelaki sejati dan perempuan sejati.

Membangkitkan fitrah seksualitas tentu saja harus diiringi dengan membangkitkan fitrah-fitrah lainnya, agar anak-anak kelak menjadi manusia yang mengetahui peran hidupnya yang spesifik.

Sumber :
  • EnSexclopedia, Elly Risman
  • Fitrah Based Education, Harry Santosa
  • Prophetic Parenting, Suwaid, Muhammad Nur Abdul Hafidz

Materi 11 Hari 6

Presentasi Kelompok 1:
Bagaimana Menghadapi Tantangan Pergaulan Bebas

*Perhatikan QS Ar Rum ayat 21*

Jika fitrah seksualitas tidak tuntas, maka saat beranjak dewasa anak akan mencari kesenangan atau sarana pengembangan diri diluar keluarga dan dirinya.
Hal ini berisiko menjerumuskannya pada pergaulan bebas.

➡ Maka butuh keseriusan orangtua sejak dini untuk mendampingi tumbuhnya fitrah seksualitas anak dalam masa tumbuh kembang anak.

Makna Pergaulan Bebas
Adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang yang melewati batas dari kewajiban, tuntunan, aturan/syarat dan rasa malu.

Juga dapat diartikan sebagai perilaku menyimpang yang melanggar norma kesusilaan. Pergaulan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian seorang individu baik positif maupun negatif.

Pergaulan Yang Semakin Bias
Dewasa ini pergaulan bebas sudah sangat bias. Untuk orang dengan cara pandang liberal dan sekuler, pergaulan bebas adalah salah satu cara untuk menghormati hak asasi manusia. Padahal akibatnya akan berdampak pada rusaknya generasi muda bangsa.

Penyebab Terjadinya
  1. Keluarga yang tidak siap mendidik anak.
  2. Keadaan keluarga yang tidak stabil (broken home).
  3. Orangtua yang kurang memperhatikan.
  4. Lingkungan sekitar yang kurang baik.
  5. Keadaan ekonomi keluarga.
  6. Ketidaksiapan menerima/menggunakan teknologi informasi.

Macam-macam Pergaulan Bebas
Dari sudut pandang Agama Islam
  • Bercampurbaurnya pria dan wanita tanpa batasan dan mengumbar aurat
  • Melihat dan berkumpul lain jenis dengan syahwat
  • Zina

Dilihat secara global pergaulan bebas meliputi :
  • Seks bebas
  • Minuman keras
  • Napza dan Rokok

Dampak Pergaulan Bebas
  • Merenggangnya hubungan keluarga
  • Ketergantungan obat dan rokok
  • Menurunnya tingkat kesehatan
  • Penyebaran penyakit menular seksual
  • Meningkatnya kriminalitas
  • Menurunnya prestasi

Solusi
  1. Pendidikan agama
  2. Pendidikan Fitrah Seksual yang tepat
  3. Pola pergaulan yang tepat
  4. Peran keluarga dalam masyarakat

Sumber:

Media Edukasi
  • Pergaulan Bebas
  • Cara Mengatasi Pergaulan Bebas

Diskusi Grup
Masih cukup banyak keluarga yang merasa belum bisa total membersamai anak-anak sebagai pasangan suami istri. Baik LDR, ataupun suami istri yang dua-duanya bekerja setiap hari dan hanya bisa maksimal membersamai anak saat akhir pekan.

Harus dicari cara, tips agar anak-anak tidak kehilangan momen dan pemenuhan kebutuhan kehadiran dan kasih sayang orangtua lengkap di masa pertumbuhannya.

Materi 11 Hari 5

Presentasi Kelompok 4
“Indonesia Should Not To Be A Fatherless Country”

Selama ini konsep
Ayah = Hanya Pencari Nafkah

Fatherless (Bendri Jaisyurrahman)
Ketiadaan ayah hakikatnya adalah ketika ayah hanya ada secara biologis, namun tidak hadir secara psikologis di dalam jiwa anak.

Fungsi ayah lambat laun dipersempit kepada dua hal yakni memberi nafkah dan memberi ijin untuk menikah. Sementara fungsi pengajaran atau transfer nilai-nilai kebaikan justru hilang yang I mengakibatkan anak tak mendapat figur ayah dalam dirinya utuh.

Peran ayah dalam keluarga
  1. Menjadi pemimpin dalam keluarga.
  2. Pencari nafkah keluarga.
  3. Menjadi suami yang berlaku adil.
  4. Mencarikan pendamping yang baik untuk anaknya.
  5. Sebagai pelindung keluarga dari ancaman bahaya di lingkungan internal maupun eksternal.
  6. Memenuhi segala kebutuhan keluarga.
  7. Sosok ayah juga harus mampu memberikan kasih sayang kepada keluarganya seperti yang telah diajarkan Rasulullah saw.
  8. Guru pertama bagi anak-anaknya.
  9. Quality time bersama keluarganya.
  10. Teman curhat yang paling aman dan nyaman baik untuk.istri ataupun anak-anaknya.

Selain itu,
Peran ayah dalam keluarga
  1. A Man of Mission and Vision
  2. Pensuplai Ego
  3. Pembangun Struktur Berpikir dan Rasionalitas
  4. Pensuplai Maskulinitas
  5. Sang Raja Tegas
  6. Penanggung jawab Pendidikan
  7. Konsultan Pendidikan

Menghadirkan ayah dalam pengasuhan akan menghasilkan anak yang :
  • Memiliki kecerdasan emosional yang lebih bagus
  • Potensinya bisa lebih optimal
  • Lebih berani diluar hubungan ibu anak
  • Bertanggungjawab
  • Punya perspektif berbeda dalam memandang masalah
  • Anak-anak tumbuh menjadi lebih simpatik
  • Kalau ayahnya hangat, anak empatinya juga hangat
  • Hubungan sosialnya lebih baik
  • Percaya diri jadi lebih tinggi
  • Akademi dan Finansial jadi lebih sukses

Sumber:
Pentingnya Peran Ayah dalam Pengasuhan, oleh Ibu Elly Risman, Rangkuman dari Program Smart Parenting di Smart FM, 3 Desember 2014

Dampak Kurangnya Peran Ayah dalam Pengasuhan
Pada Anak Perempuan
  • Cenderung mudah jatuh cinta dan mencari penerimaan dari laki-laki lain
  • 7-8 lebih mungkin memiliki anak diluar pernikahan
  • Cenderung suka lelaki yang lebih tua; dan
  • Cenderung lebih mudah bercerai. Ternyata hal ini berlaku pada anak perempuan dari latar belakang sosio ekonomi apapun

Dampak Pada Anak Laki-Laki
  • Lebih berisiko terlibat pornografi, narkoba dan tindak kriminal
  • Cenderung lebih cepat puber diusia yang lebih muda
  • Cenderung join a gang ; dan
  • Cenderung menemui kesulitan mendapatkan atau mempertahankan pekerjaan diusia dewasa

Sumber:
Peran Ayah Untuk Seorang Anak, Elly Risman

Diskusi Grup
  • Parenting is not about the kids, it is about the parents - Buku Screaming Parenting.
  • Pada dasarnya ‘Parenting’ selalu kembali pada orangtua duluan. Apa yang perlu dibenahi dari orangtua. Bukan memfokuskan bagaimana anak bisa dibentuk dan diubah.
  • Tips untuk ayah-ayah yang tinggalnya berjauhan:
  • “Anak-anak itu tidak pernah baik dalam mendengarkan orang yang lebih tua, namun anak-anak tidak pernah gagal dalam meniru orang yang lebih tua.”
          (James Baldwin)