Kemarin, saat kakak membantu saya melipat baju yang sudah dicuci, tiba-tiba dia nyeletuk. "Mah, sekarang aku tau, kalo lagi jawab soal pilihan ganda, terus aku gak tau jawabannya, baca aja bis-mi-llah-hir-rah-man-nir-rahim, buat milih A,B,C nya. Atau astaghfirullaha azhim, atau dzikir apa aja mah. Daripada ngitung kancing😁, biasanya bener lho mah jawabannya..."
Kembali saya terpana. Lekas saja saya timpali, "Iya, kalo kita milihnya pake dzikir, walaupun jawabannya salah kita masih dapet pahala ya mas, kalo ngitung kancing doang, pas jawabannya salah, gak dapet apa-apa ya..."
Lagi-lagi saya bersyukur, pelan-pelan fitrah keimanan kakak ternyata mulai tumbuh. Betul, dia bersekolah di sekolah formal, dengan segala konsekuensi beban kurikulum yang sudah diatur pemerintah. Betul banget, ada yang namanya soal ujian pilihan ganda, yang...kalau mau bicara jujur sih sebetulnya justru tidak terlalu efektif untuk memahami kadar pemahaman siswa terhadap suatu materi dibandingkan soal isian.
Tapi inilah pilihan yang kami jalani sekarang. Ketika kakak lebih memilih untuk tetap tidak menyontek saat ia ternyata tidak bisa mengerjakan suatu soal ujian, bagi saya itu adalah poin penting dalam prinsip hidup. Ketika ia menganggap lebih baik berdzikir daripada ngitung kancing saat bingung harus 'memilih' jawaban pilihan ganda yang dia memang tidak tahu, maka (mudah-mudahan) kakak selalu yakin, bahwa mengembalikan semua masalah pada Allah adalah sesuatu yang baik.
Mudah-mudahan kami bisa menumbuhkan terus fitrah keimanan anak-anak terkait ranah spiritualnya.
#Tantangan10hari
#Level7
#KuliahBunSayIIP
#BintangKeluarga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar