Kamis, 24 Mei 2018

Materi 11 Hari 4

Presentasi Kelompok 3
Mengantisipasi Kekerasan Seksual Pada Anak

Fakta
Menurut ketua KPAI, Susanto, kekerasan seksual terhadap anak di tahun ini mengalami peningkatan untuk anak laki-laki dan terjadi hampir di semua daerah. Hingga Februari 2018, KPAI telah menerima 223 aduan kekerasan seksual.
(news.idntimes.com - 19 Maret 2018).

Pelaku kebanyakan berasal dari orang dekat, entah itu tetangga bahkan ada yang dari lingkaran keluarga sendiri.

Tujuan pendidikan seksualitas anak
  • Membuat anak mengerti tentang identitas seksualnya
  • Mengenali peran seksualitas yang ada dalam dirinya
  • Mengajarkan anak untuk melindungi dirinya dari kejahatan seksual

Tantangan yang dihadapi
Bagaimana mengajarkan anak dalam rangka mengantisipasi kejahatan seksual?

Solusi
Ustadzah Herlini Amran
  • Mengajarkan konsep aurat
  • Pisahkan tempat tidur anak.laki dan perempuan
  • Jelaskan adab kesopanan
  • Ajarkan adab minta ijin dalam rumah tangga
  • Tanamkan jiwa feminin pada anak perempuan dan jiwa maskulin pada anak laki-laki

Panduan Underwear Rules
Adalah panduan sederhana untuk membantu orangtua menjelaskan pendidikan seksual kepada anak.
  • Private are private
  • Always remember your body belongs to you
  • No Means No
  • Talk about secret that upset you
  • Speech up, someone can help

Solusi menurut diskusi kelompok
  • Memilah tontonan dan permainan untuk anak
  • Mengajarkan pendidikan agama
  • Membiasakan sejak balita menggunakan pakaian yang sopan (konsep aurat)

Referensi :
  • Presentasi Kelompok 5,6,7 Bunsay Batch 2
  • Jurnal Pendidikan Usia Dini DOI

Diskusi Grup
✔ Pertanyaan bagaimana cara menumbuhkan maskulinitas tanpa harus ada kekerasan. Terkait tontonan film anak yang mengandung kekerasan.
✔ Contoh kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh keluarga sendiri.
✔ Perlunya membiasakan etika/adab tidur atau berpakaian di depan keluarga, sedekat apapun, bahkan yang hubungannya orangtua - anak. Tetap perlu ada batasan-batasan yang jelas dan tegas.

Materi 11 Hari 3

Presentasi Kelompok 7
Pendidikan Seks vs Pendidikan Seksualitas

Fitrah Seksualitas
Bagaimana seseorang berpikir, merasa, bertindak dan bersikap sesuai fitrah gendernya, laki-laki atau perempuan.

Fitrah laki-laki dan perempuan memang tidak sama, namun diciptakan untuk saling melengkapi.

Sexuality terkait dengan hal-hal berikut :
  • Socialization
  • Gender
  • Self Image
  • Communication
  • Values
  • Personality
  • Body Image
  • Physical Expressions

Perbedaan Pendidikan Sex dan Pendidikan Seksualitas

Ibu Septi Peni Wulandari :
“Pendidikan sex meliputi proses terjadinya pembuahan, proses kehamilan sampai proses kelahiran, tingkah laku seksual dan aspek-aspek kesehatan secara jelas dan benar. Pendidikan sex juga meliputi pemahaman tentang perkembangan fisik dan hormonal seorang anak.”

Ust. Harry Santosa :
Bahwa pendidikan seksualitas berarti menumbuhkan fitrah gender. Fitrah gender adalah cara seseorang berpikir, merasa dan bersikap sesuai dengan fitrah sebagai perempuan atau laki-laki sejati, sehingga dapat memenuhi peran, fungsi dan karakteristik.”

Tujuan pendidikan seksualitas anak
  1. Membuat anak mengerti tentang identitas seksualnya.
  2. Mengenali peran seksualitas yang ada pada dirinya.
  3. Mengajarkan anak untuk melindungi dirinya dari kejahatan seksual.

Referensi :
  • Artikel Ust. Harry Santosa
  • Buku Bunda Sayang
  • Artikel dari google.com
  • Ibu Septi Peni Wulandari
  • Diskusi kelompok 7

Diskusi Grup
✔ Di umur 7 tahun sebaiknya anak sudah paham gendernya sendiri, apakah ia laki-laki atau perempuan karena dalam usia ini waktunya anak laki-laki dekat dengan ayahnya dan begitu pula sebaliknya.
✔ Bahwa fitrah seksualitas tidak terlepas dari peran ayah dan ibu. Model pendidikan utamanya adalah melalui orangtuanya sendiri.
✔ Cerita salah satu anggota tentang menumbuhkan fitrah seksualitas anak laki-lakinya yang sempat mengkhawatirkan. Hal ini karena saat usia sang anak <7 tahun sempat diasuh dalam lingkungan yang mayoritas adalah perempuan dalam waktu yang cukup lama. Akibatnya sang anak sempat mengalami ‘kebingungan’ terkait hal-hal tentang laki-laki dan perempuan. Namun seiring waktu sang ibu terus berusaha memperbaiki kondisi ini dan menumbuhkan fitrah sang anak hingga saat ini anaknya berusia 11 tahun.



Sabtu, 19 Mei 2018

Materi 11 Hari 2

Review Presentasi Hari 2
Kelompok 5

Judul yang dipilih kali ini adalah 'Fitrah Seksual dan Fenomena LGBT'. Seperti yang kita ketahui issue LGBT (dan beberapa pilihan hidup yang menyimpang lainnya) sebenarnya sudah lama terjadi. LGBT merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender. Golongan homoseksual itu sendiri sebenarnya sudah ada sejak masa Nabi Luth dan diterangkan kisahnya dalam al Quran.

Seiring perkembangan jaman, jumlah manusia yang memilih dan menjalani status ini terus meningkat jumlahnya. Bila diteliti lebih mendalam, ternyata terbentuknya pilihan hidup yang menyimpang dari seharusnya ini terkait erat dengan fitrah seksualitas yang tidak tumbuh dengan paripurna.

Jika dilihat dari definisi yang disepakati oleh para ahlinya, LGBT merupakan penyakit mental, artinya penyakit ini terbentuk oleh beberapa sebab, bukan karena bawaan biologis (genetik dsb).

Dr materi yg kami peroleh, LGBT bisa terjadi karena interaksi fitrah biologis dan faktor psikologis. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan psikologis adalah :
1. Pola asuh orang tua
2. Pengalaman & rangsangan seksual
3. Lingkungan
Keluarga berperan besar dalam fitrah seksualitas anak melalui pola asuh, pendidikan dan keharmonisan.

Prinsip-prinsip fitrah seksualitas yaitu :
1. Kedekatan dengan ayah ibu secara utuh dan seimbang.
2. Ayah bertugas menyuplai maskulinitas sedangkan ibu menyuplai feminitas.
3. Penumbuhan fitrah paripurna, laki-laki menjadi ayah sejati dan perempuan menjadi ibu sejati.
4. Jika kehilangan sosok ayah/ibu carikan pengganti dari keluarga/komunitas.

Berdasarkan FBE tahapan penanaman fitrah seksualitas sesuai usia anak adalah :
▪ 0 - 2 tahun : dekat dengan ibu
▪ 3 - 6 tahun : dekat dengan orangtua
▪ 7 - 10 tahun : dekat sesuai gender, anak laki dengan ayah, anak perempuan dengan ibu
▪ 11 - 14 tahun : dekat 'berlawanan' gender, anak laki dengan ibu, anak perempuan dengan ayah
▪ 15 tahun > aqil baligh : sudah tuntas

Referensi :
▪ Santosa, Harry, 2016. Fitrah Based Education, Bekasi. Yayasan Cahaya Mutiara Timur
▪ Yudiyanto, 2016. Fenomena Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Indonesia serta Upaya Pencegahannya, Nizham, Vol.05, no. 01-Januari-Juni 2016

Jumat, 18 Mei 2018

Materi 11 Hari 1

Review Presentasi Hari 1
Kelompok 6

Materi level 11 ini bertema "Pentingkah Membangkitkan Fitrah Seksualitas?"
Adapun bentuk pelaksanaannya adalah fasilitator hanya memberi beberapa poin terkait tema/judul serta metode pelaksanaan. Cukup minimalis, hingga saya merasa agak lemot dan butuh waktu lebih lama agar bisa paham😁...

Namun seiring waktu, ya sudah, dijalani saja. Ini memang bentuknya lebih semi belajar mandiri daripada bentuk game yang selama ini dilakukan, yang berupa praktik langsung sehari-hari.

Kelompok 6 mendapat giliran pertama melakukan presentasi pada hari Rabu, 16 Mei 2018, kemarin malam tepatnya.
Saya pribadi juga lebih senang menggunakan bentuk poin-poin saat membuat review.

▪ Istilah Fitrah Seksualitas mulai dikenal seiring tumbuhnya konsep Fitrah Based Education
▪ Fitrah seksualitas adalah pemahaman bahwa setiap anak dilahirkan dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Bagi manusia, jenis kelamin ini akan berkembang menjadi peran hidup sesuai jenis kelaminnya (seksualitas).

Anak perempuan akan menjalani peran keperempuanan dan kebundaan.
Anak laki-laki akan menjalani peran kelaki-lakian dan keayahan.

Tantangan yang dihadapi dalam menyempurnakan fitrah seksual bisa berasal dari luar (eksternal) dan dari dalam (internal).
▪ Tantangan eksternal bisa berupa berbagai pemikiran tentang gender yang tidak sejalan dengan fitrah seksualitas seperti LGBT, superwoman, feminisme dll.
▪ Tantangan internal berupa sindrom 'Peterpan dan Cinderella Complex'. Sindrom ini muncul akibat fitrah seksualitas belum tumbuh dengan paripurna.

Penjelasan:
Dalam cerita digambarkan Peter Pan adalah sosok pria yang beranjak dewasa tapi masih ingin menjadi anak-anak yang bebas tanpa tanggung jawab. Nah, fitrah seksualitas yang tidak sempurna pada masa kecil menyebabkan para lelaki yang menjadi suami/ayah ini menjadi seperti halnya Peter Pan, masih ingin bermanja-manja dengan ibunya, dan belum bisa memikul tanggung jawab sebagai suami/ayah.

Kebalikannya, untuk anak perempuan yang fitrah seksualitasnya belum tumbuh sempurna ingin seperti Cinderella yang hidupnya happy ending dengan datangnya pangeran yang mengubah hidupnya. Sehingga ketika menjadi istri/ibu sangat tergantung dengan laki-laki untuk memenuhi berbagai keinginannya.

Jika sudah terlanjur, dan sudah menikah harus bagaimana ? Menurut Ibu Elly Risman:

• Laki-laki yang mengalami sindrom Peter Pan tidak akan mengalami kesulitan dalam pernikahannya, jika mendapatkan istri dengan karakter keibuan.

• Begitu pula sebaliknya, bagi sang ’Cinderella’ yang mendapatkan suami dengan karakter ke’ayah’an yang kuat.

• Untuk istri-istri yang jadi ibu bagi "Peter Pan" harus memahami mengapa
suaminya bersifat kekanak-kanakan, harus mau berkorban dan ‘tega’ untuk membentuk kembali jiwa kemandiriannya.

• Untuk suami-suami yang jadi ayah bagi "Cinderella" juga harus memahami mengapa ia bersikap seperti itu dan ajak bicara secara baik-baik.

Adapun bagi yang belum menikah, mau tidak mau orang yang mengalami syndrom tersebut harus menyadari bahwa dirinya mengalami suatu masalah. Dan ada beberapa tips:
– Harus ada keinginan dalam diri sendiri untuk berubah
– Lingkungan harus mendukung
– Jika diperlukan terapi, mengapa tidak ?
– Minta pertolongan kepada Allah

Referensi :
▪ Fitrah Based Education, Harry Santosa, versi 2.5
▪ Bunda Sayang
▪ "What is Gender" World Health Organization
▪ Peter Pan and Cinderella Complex, Elly Risman




Kamis, 10 Mei 2018

Aliran Rasa Mendongeng

Game level 10 ini terasa tidak mudah bagi saya. Imej 'mendongeng' kok ya sudah membuat saya merasa 'bukan gue banget'. Terasa banget saat saya tidak bisa (atau tidak bersemangat😌) langsung memulai tepat di hari pertama periode game kali ini...

Kenyataannya setelah pelan-pelan menjalani, sesungguhnya ada memang betul ada seni tersendiri dalam aktivitas mendongeng ini. Apalagi terkait dengan nilai-nilai kehidupan yang ingin disampaikan pada anak melalui dongeng. Jelas anak harus membayangkan apa yang sedang saya ceritakan, lalu dia akan mencerna sesuai kemampuannya, apa saja contoh positif ataupun negatif yang bisa ia dapatkan dalam cerita yang sedang didengar.

Mungkin ini memang tipikal saya. Belum bisa memaksakan diri membuat 'dongeng banget', sebagaimana membaca kisah di negeri dongeng. Namun saya akan tetap mencoba belajar menyampaikan nilai-nilai kehidupan melalui cerita. Biarlah kalau itu sifatnya masih biasa banget, real banget, nggak ada khayalan yang luar biasa hehehe. Mungkin saya harus mulai mencari inspirasi bentuk dongeng yang menarik dengan memperbanyak membaca buku cerita dongeng.

Sabtu, 05 Mei 2018

Menjaga Adik

Siang ini saya kembali mengambil nama Bobo dan keluarganya, atas permintaan adik.

Suatu hari emak harus pergi berbelanja ke pasar. Emak menitipkan Upik dan Coreng kepada Bobo sebagai anak tertua. Saat emak pergi, kebetulan Upik masih tidur. Tidak lama setelah emak berangkat tiba-tiba Upik terbangun. Sebagaimana biasanya anak kecil, Upik pun menangis mencari emak.

Bobo sempat agak bingung. Namun tiba-tiba Coreng datang dan mengajak Upik membuat boneka kelinci. Kelinci adalah binatang kesayangan Upik. Awalnya Upik masih menangis, namun lama kelamaan tangisnya mulai berkurang. Coreng dengan sigap meminta bantuan kakaknya, Bobi untuk membuat boneka ini, terutama saat harus menggunakan alat-alat tajam.

Akhirnya boneka kelinci buatan kedua kakaknya pun selesai. Tak lama kemudian emak datang dari pasar. Upik menyambut emak dengan gembira sambil membawa karya Coreng dan Bobo. Upik terlihat senang sekali dibuatkan mainan itu. Emak juga senang, ia bangga sekali kedua kakak Upik yaitu Bobo dan Coreng bisa bekerjasama menjaga dan menghibur mereka saat emak harus pergi.

Pelajaran yang ingin saya sampaikan adalah, kakak adik itu harus saling menjaga dan yang jelas saling menyayangi😉


#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination

Dibalik

Sebenarnya kali ini saya ingin mendongeng spontan, tapi adik keukeuh ingin dibacakan salah satu buku ceritanya, 'Bugi Hiu Suka Senyum'.

Intinya ada seekor hiu yang selalu tersenyum pada hewan-hewan lainnya yang ada di laut. Akibatnya, tidak ada satupun hewan yang merasa segan dan takut pada para hiu. Luki, salah satu temannya bahkan sering merasa kesal pada Bugi karena ia lebih senang tersenyum...

Saya membacakan cerita ini sama persis sesuai teks. Namun saat sudah selesai, saya mencoba mengajukan pertanyaan pada adik, nilai-nilai kebaikan apa yang bisa diambil dari cerita ini. Responnya sih nampaknya adik masih agak bingung, terlihat dari jawabannya. Namun saya coba jelaskan dengan lebih sederhana. Intinya, salah satunya adalah saat kita meminta tolong pada orang lain, kita harus melakukannya dengan baik, tidak marah-marah atau tidak sopan.
Ini tersirat dari bagian cerita saat kawanan Hiu merasa terganggu dengan paus yang bermain-main dekat tempat tinggal mereka. Saat hiu lain mengusir mereka dengan cara menakut-nakuti, para paus malah justru menertawakan mereka dan tidak takut bahkan tidak perduli. Namun saat Bugi melakukannya dengan menyenangkan, berbicara baik-baik sambil tersenyum, para paus mengerti dan malah mengajak Bugi serta hiu lainnya untuk bermain bersama...


#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination

Diskusi Bersama Kakak (2)

Masih lanjut sesi ngobrol dengan kakak. Kali ini saya ingin tau apa saja nilai-nilai kebaikan yang ia rasakan setelah hampir satu tahun ini ia menjadi murid di SMPnya. Salah satu hal yang 'baik' adalah saking banyaknya mata pelajaran dan bahan-bahan yang cukup rumit, sebetulnya murid bisa 'lebih pintar' daripada seorang guru😌
Di satu posisi seorang guru biasanya hanya menguasai satu mata pelajaran, namun seorang murid bisa (baca: harus) menguasai berbagai pelajaran yang masing-masing cukup berat.

Sebenarnya, kalau bicara tentang ini, bagi saya pribadi, tidak 100% setuju. Tapi berhubung konteksnya memang bukan tentang kurikulum yang luar biasa padat, ya saya coba melihat dari sisi lain. Saya berharap kakak tetap dapat terus menggali hikmah dan nilai-nilai kebaikan dan kehidupan ditengah sistem pendidikan sekolah formal yang sedang ia jalani saat ini. Aamiin.


#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination

Kamis, 03 Mei 2018

Diskusi Bersama Kakak (1)

Berhubung adik malam ini sudah keburu tidur, deadline semakin dekat😱, saya memilih ngobrol santai dengan kakak.

Saya pancing kakak dengan pertanyaan, siapa tokoh favoritnya saat ini. Jelas, selain Nabi Muhammad saw yang sudah seharusnya menjadi panutan kita. Pertama kali kakak menyebutkan nama Massashi Kishimoto. Siapa dia?😌 Ternyata, dia adalah pembuat cerita Naruto. Kakak mengagumi bagaimana lika-liku perjalanan tokoh ini hingga akhirnya bisa menghasilkan kisah Naruto yang sangat terkenal itu. Bagaimana ia terus-menerus berlatih hingga gambar-gambarnya menjadi 'sempurna'. Kebetulan kakak memang senang menggambar.

Selain itu saya meminta ia menyebut satu orang lagi. Bukan orang terkenal, tapi ada hal-hal baik atau positif yang bisa ia ambil sebagai pelajaran penting. Ternyata kakak menyebutkan nama salah satu sepupunya yang ada di Pacitan. Ia merasa 'kagum' karena menurutnya saat disana sepupunya itu kemana-mana naik sepeda, padahal 'medannya' bagi kakak cukup sulit. Selain itu ia juga kagum karena sang sepupu yang selisih umurnya hanya setahun lebih tua dari kakak ini cukup 'tahan' godaan dari teman-temannya yang mengajak bermain di waktu yang tidak tepat.

Sepertinya saya memang harus lebih banyak mengeksplorasi nilai-nilai kebaikan yang selama ini pernah didapatkan kakak dalam pengalaman kehidupan sehari-hari.

#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination

Rabu, 02 Mei 2018

Doraemon Buang Sembarangan

Kemarin saya mencoba versi lain mendongeng. Awalnya saya minta adik yang mendongeng, namun ternyata kelanjutannya kok agak 'horror', agak sadis😌. Akhirnya saya 'ambil alih' lagi, dan cerita lagi versi ulangan.

Ini cerita tentang seorang anak yang bernama Doraemon. Suatu hari dia sedang berjalan menuju kerumah sambil membawa minuman susu kotak. Setelah habis, dengan santai Doraemon membuang kotak susu itu ke jalan. Tiba-tiba ia dikagetkan oleh suara yang dikenalnya. Ternyata itu adalah suara Dorami, adiknya. Dorami menegur kakaknya karena membuang sampah sembarangan dijalan. Akhirnya setelah diingatkan lagi Doraemon pun mengambil kembali kotak susu itu untuk dibuang di tempat sampah terdekat.
Selesai🤓


#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination