Senin, 01 Agustus 2016

Manajemen Waktu




quotesgram.com
     Memilih menjadi ibu rumah tangga tanpa asisten pasti memiliki konsekuensi-konsekuensi. Tak terasa sudah 11 bulan menjalani pilihan ini ditemani berbagai kisah indah. Sejujurnya saya tidak 'se sendiri' itu, bapak saya saat ini tinggal bersama kami karena pekerjaannya, sementara ibu saya masih sering bolak balik Bandung - Jakarta, jadi saya cukup sering mendapat bantuan mereka dalam mengurus rumah dan anak-anak,  Alhamdulillah.

     Perbedaan yang jelas terasa tanpa adanya asisten adalah saya benar-benar harus berusaha mengatur waktu yang tersedia dalam 24 jam dengan sebaik mungkin. Semua ibu pasti tahu, pekerjaan rumah tangga itu sepertinya invisible tapi kok tidak pernah ada habis-habisnya. Sedang menikmati makan siang atau pun malam, otak ini terus saja berpikir utang-utang pekerjaan yang menunggu, memutuskan dengan cepat mana yang harus didahulukan sesuai prioritas.

     Salah satu nasehat almarhumah eyang putri saya adalah saat pagi hari urusan makanan dan persiapan aktivitas anak-suami menjadi prioritas pertama. Walaupun masih ada judul bersih-bersih, cuci baju, merapikan rumah dan lain-lain, usahakan mereka meninggalkan rumah dengan layak dan perut terisi sarapan. Berikutnya persiapan makan siang mas sulung dan masakan dirumah untuk hari itu.

     Agar segala aktivitas rutin tidak jadi membosankan dan mengakibatkan penurunan semangat, maka saya harus menjadikan semuanya bersifat fleksibel. Masak ya masak, tapi kalau sesekali mentok saya beli saja lauk matang, yang penting tetap memperhatikan kebersihan. Bereksperimen resep baru juga bisa membuat kegiatan masak lebih menyenangkan (asal tidak terlalu sering).  

     Urusan kebersihan dan kerapihan rumah disesuaikan saja. Kalau dokdek masih asyik bereksplorasi di penjuru rumah, biarkan saja, itu lebih berharga daripada manteng di depan televisi. Cuci baju sangat terbantu dengan adanya mesin cuci, selain baju kerja dan seragam sekolah yang disetrika,  sisanya cukup dilipat rapi dan masuk lemari lagi.

     Semakin banyak kegiatan harusnya semakin banyak pula hikmah yang bisa didapat. Selain ibadah rutin sesuai target harian, menulis, membaca buku, membuat craft menjadi refreshing yang sederhana di sela-sela rutinitas harian. Teori manajemen waktu memang banyak, tapi semua pasti kembali pada kondisi setiap individu yang tidak akan sama yang satu dengan lainnya. Yang harus dijadikan patokan adalah bagaimana menjadikan setiap detik dalam kehidupan ini bermanfaat dan yakin bisa dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.

     Sebetulnya waktu 24 jam dalam sehari pasti sangat sedikit dibandingkan kewajiban yang harus kita lakukan. Hanya saja manusia itu terlalu lemah dan banyak alasan untuk mau bersungguh-sungguh melakukan tugas-tugas sebagai hamba-Nya. Karena kita sudah pasti lemah, bodoh tapi terlalu mudah merasa sombong, maka sudah selayaknya kita selalu mengulang doa agar dimudahkan dalam memanfaatkan jatah waktu yang ada dan bisa mengakhiri kehidupan ini dalam keimanan yang sebaik-baiknya.



# uut day 26 12 Mei 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar