Adalah sunatullah saat sakit dan sehat bergantian mengunjungi kita.
Tanpa diuji sakit mungkin kita akan terlena melenggang hingga lupa bersyukur
dan mengucapkan terima kasih pada Allah Sang Pencipta sehat dan sakit. Saat
sakit kita akan melihat ke tempat lain bahwa masih banyak orang-orang yang
diuji dengan sakit lebih berat lagi daripada kita.
Seorang ibu tampaknya harus selalu dalam
kondisi siap lahir batin bila ada anggota keluarga yang diuji sakit. Mengasah
feeling kondisi-kondisi tidak normal tiap anak dan suami. Berpacu dengan waktu
saat harus memutuskan apakah gejala yang terlihat membahayakan atau masih
wajar. Siap bergadang, terutama saat yang sakit adalah anak-anak. Siap menerima
kondisi seorang suami yang biasanya 'gagah dan mandiri', mengayomi, tiba-tiba
menjadi lemah, sensitif dan kadang terlihat seperti anak-anak lagi karena sakit
yang sedang dirasakan. Sementara dia sendiri harus memastikan stamina dan 'kewarasan'
terjaga dengan baik agar bisa melakukan tugas-tugasnya dengan baik.
Ibu tetaplah seorang manusia biasa, bisa sakit apa saja dan kapan saja,
sesuai kehendak-Nya. Apa yang biasanya terjadi saat seorang ibu sakit? Biasanya
saat pertama kali akan terjadi sedikit atau bisa agak besar 'goncangan' di
rumahnya. Segala sesuatu tiba-tiba tidak berjalan sebagaimana seharusnya.
Ibarat mobil yang sedang melaju lancar di jalan, tiba-tiba salah satunya
berhenti mendadak hingga mobil-mobil terdekat dibelakangnya juga mendadak harus
'ngerem'. Ya mungkin tidak seekstrim itu, tapi memang begitu kan?
Pekerjaan rumah tangga yang seolah-olah invisible tapi ternyata banyak,
tiba-tiba kacau. Apalagi kalau masih ada anak balita, mereka belum mengerti apa
artinya 'mama sedang sakit', semua harus tetap berlangsung sesuai keinginan dan
kebiasaan selama ini. Suami pun bisa jadi harus ikut membantu menata kekacauan
yang kasat matanya. Bagi para bapak yang bekerja kantoran, dengan jam kerja
tetap, 'ekstrakurikuler' saat istrinya sakit pasti membutuhkan ekstra energi.
Sebelum berangkat dan saat pulang kembali, padahal seharian di tempat kerja
dengan berbagai permasalahannya sudah pasti menguras energi yang besar.
www.clipartbest.com |
Ya, beginilah kehidupan itu. Kita tidak bisa memilih takdir yang sudah
tertulis sejak sebelum kita dilahirkan ke dunia. Tapi kita bisa masih bisa
memilih untuk konsisten menjaga arti partnership sebuah pernikahan, dengan
konsekuensi yang mengikuti pastinya. Kita bisa memilih untuk tetap bersabar
dalam 'kekacauan' di rumah saat seorang ibu, istri sedang sakit. Kita bisa
memilih untuk memperpanjang doa saat sujud agar diberi kewarasan dan ekstra
keimanan agar bisa menjalani setiap detik dengan indah. Dan saat Allah
memperbaiki kembali 'ketidaknormalan' di rumah dengan cara menyembuhkan kembali
seorang ibu yang sedang sakit, maka jangan pernah lalai lagi mengabdikan diri
pada-Nya, mengucap syukur dan selalu berterima kasih atas apapun yang menyertai
tarikan nafas dan detak jantung ini. Karena pada hakikatnya segala kelancaran
hidup berumah tangga bukanlah karena kehebatan dan kepiawaian seorang istri dan
ibu. Semua semata-mata karena Allah yang tetap menjaga kestabilan dalam hidup
dan sedikit niat - ikhtiar bekerja sama sepasang suami istri yang dipertemukan
oleh -Nya untuk menjalani sisa umur bersama dalam naungan keridhoan-Nya.
# uut day 27- 12 Mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar